Minggu, 12 Mei 2013

(Bagian 1)

Assalamualaikum Wr. Wb
Selamat pagi rekan - rekan Netter

Sekarang waktu menunjukkan pukul 10.18 WIB. 
Bismillah.
Ini adalah pengalaman pertama saya membuat sebuah blog dan menulis ke dalam blog yang saya buat ini. Semoga tulisan - tulisan saya tentang pentingnya sebuah keluarga nantinya bisa bermanfaat buat rekan - rekan semua. Amin

Surabaya sekarang sedang diguyur hujan yang cukup deras. Pagi ini saya berada di tempat kerja. Syukur Alhamdullilah karena tempat kerja saya dititipkan oleh Allah SWT kepada saya maka saya bisa bekerja sambil ngeblog. Keluarga adalah segalanya bagi saya. Sehebat apapun seseorang jika dia tidak bisa menjaga dan menyayangi keluarganya maka dia tidaklah berarti. Ibarat membangun sebuah rumah yang tanpa pondasi, semegah apapun rumah itu pasti akan roboh. Saya mempunyai sebuah keluarga inti yaitu seorang istri dan 2 orang anak yang insyaAlloh jika Alloh menghendaki bulan Juli 2013 nanti akan hadir seorang lagi buah hati kami. Alhamdullilah walaupun kulit saya hitam dan wajah saya tak begitu tampan tapi Allah menghadirkan seorang wanita yang soleha berkulit putih dan berwajah cantik dalam menemani saya menghadapi suka dan duka hidup ini. Kami menikah 2 kali yaitu tahun 2001 disaat saya masih menempuh pendidikan di Institut Teknologi Sepuluh November dan yang kedua tahun 2009. Pernikahan pertama kami tidak mendapat restu dari kedua orang tua saya sehingga kami mengalami berbagai permasalahan yang berat yang akhirnya mengkandaskan bahtera rumah tangga kami di tahun 2006. Pada pernikahan yang pertama ada perbedaan prinsip yang coba kami satukan karena kami berbeda agama. Saya memeluk ajaran Kerokhanian Sapta Darma sedangkan istri saya memeluk Islam. Saya tidak menginginkan Istri saya mengikuti saya di Sapta Darma tapi Ibu mertua saya menginginkan saya masuk Islam karena jika tidak maka pernikahan kami dianggap perbuatan zina. Saya mencoba untuk masuk Islam di tahun 2001 s.d 2002, akan tetapi karena hidayah itu tidaklah datang dari Allah SWT maka akhirnya saya kembali lagi di Sapta Darma tahun 2003. Untuk menghindari kekecewaan Ibu mertua saya mengajak istri saya untuk kos dan kemudian kontrak sebuah rumah yang berukuran 3 x 12 m. Tapi dikarenakan himpitan ekonomi yang kami alami saat itu membuat istri saya tidak kuat dan minta kembali ke rumah Ibunya. Semenjak itu saya dan istri saya sangat jarang tinggal 1 rumah. Saya di rumah orang tua saya sedangkan istri saya di rumah Ibunya. Walaupun begitu saya berusaha untuk menafkahi istri dan seorang anak saya dengan cara yang halal. Akhir tahun 2002 usaha saya mengalami kesulitan untuk berkembang yang memaksa saya untuk banting stir menerjuni dunia pendidikan. Saya memberikan les privat untuk SD sampai mahasiswa semester 1 dan 2. Dari sini saya mulai bisa membiayai kembali kebutuhan hidup keluarga saya termasuk membayar angsuran motor yang tersendat selama 3 bulan yang menyebabkan saya menjadi buronan para debt collector. Dari mengajar privat ini saya bisa memperoleh penghasilan dari 300rb/bulan sampai 3 jt/bulan. Akan tetapi dengan penghasilan seperti itu saya masih belum bisa menyisihkan uang untuk menabung. Pada bulan Juli 2004 ayah saya divonis dokter menderita tumor dalam usus besar dan diharuskan segera operasi. Keluarga saya menganggap sakitnya ayah saya karena stress ayah memikirkan kenakalan saya. Setelah menjalani berbagai macam perawatan yang saya dan Ibu upayakan dengan segala cara tapi Alloh menentukan lain. Akhirnya ayah saya berpulang pada Alloh SWT pada tanggal 11 Mei 2005. Saya sangat kehilangan sekali karena belum bisa menebus segala kesalahan saya dan belum bisa membahagiakan ayah saya bahkan disaat ayah saya ingin pinjam uang 2 jt untuk tambahan biaya operasi, saya tidak bisa memenuhinya. (AYAH MAAFKAN SAYA). Pada tahun yang sama dengan awal sakitnya ayah, istri saya hamil untuk anak yang kedua. Pada kehamilan anak kedua kami ini istri saya mengalami tekanan mental yang sangat besar sehingga anak kedua kami sampai sekarang menjadi anak yang sangat - sangat spesial. Pada tahun 2005 ayah saya meninggal dan pada tahun inipun saya dan istri saya memutuskan untuk berpisah. Pada tahun 2006 bulan Februari pengadilan agama Surabaya menerbitkan surat cerai kami. 

Keluargaku Segalanya Bagiku
Anak - anakku yang kusayangi
Rama Antana Putra dan Rafi Prasetyo
(untuk pertama kalinya anak kedua saya, Rafi Prasetyo bisa duduk selama 5 menit)

Rumah Orang Tua saya



Rama Antana Putra
Rafi Prasetyo







Ibu Saya dan Mesin Jahitnya
(Sumber Inspirasi saya)


Ibu Mertua Saya



Bersambung ................